Burung larwo pernah populer di kalangan penghobi
burung “jadul” di Jawa ketika burung murai batu Sumatera atau Kalimantan belum
membanjiri pasar-pasar burung Pulau Jawa dan ditangkar para penghobi burung di
Pulau Jawa.
Larwo memang identik dengan murai batu karena dia
masih satu genus dengan nama Copsychus malabaricus ssp. javanicus (Murai
Batu Jawa). Jadi salah kalau ada yang mengartikan bahwa larwo berbeda dari murai
batu.
Pada beberapa tahun lalu, burung ini masih banyak
terlihat di sekitar hutan-hutan di pegunungan di Pulau Jawa. Habitat larwo
mulai dari Ujung Kulon sampai Gunung Kidul dan beberapa tempat lainnya.
Penangkapan dan pembabatan hutan yang terus
berlangsung, menjadikan burung ini lambat laun menghilang. Pada saat yang sama,
tidak ada upaya penangkaran burung larwo.
Ciri-siri khusus
Sepintas tidak ada perbedaan mencolok antara larwo
ini dengan murai batu jenis lain asal daerah Sumatera ataupun Kalimantan. Namun
kalau kita perhatikan dengan seksama akan jelas perbedaannya yaitu ukuran
tubuhnya yang lebih kecil dari murai batu Sumatera dan juga batas garis dada
yang berwarna hitam yang berakhir di perutnya. Sementara murai batu Sumatera
dan Kalimantan rata-rata batas hitamnya sampai bagian dada saja.
Perbedaan lainnya adalah performa ketika
bersuara, yakni bulu–bulu di kepalanya akan berdiri seperti jambul.
Suara burung ini mirip dengan burung murai batu
jenis lainnya. Beberapa kicau mania menyebutkan bahwa suaranya kurang variatif
tapi ada juga yang menyebutkan bahwa suaranya hampir sama dengan murai batu
lainnya (variatif).
Menurut pecinta burung, sebagaimana penentuan
“kualitas” burung murai batu secara umum, ada pada karakter dari burung itu
sendiri. Jika ada yang mengatakan burung larwo bersuara variatif atau
sebaliknya, hal itu tergantung karakter burung dan tentu saja perawatan dan
pemasteran jika burung itu ada dalam pemeliharaan tangan manusia.
Sebagaimana disebutkan pada awal artikel ini,
keberadaan larwo sudah jarang dan di hutan-hutan Pulau Jawa juga sudah nyaris
punah. Dengan demikian, sangat diharapkan adanya upaya penangkaran terhadap
larwo demi pelestariannya.
0 komentar:
Posting Komentar